Keluarga Silat
Nasional Perisai Diri
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
BANTEN
BANTEN, sebuah wilayah yang sejak dulu dikenal telah melahirkan banyak pendekar
silat. Nama Banten sudah menjadi jaminan bahwa pesilat dari daerah itu -- pada
masa silam -- pastilah jago yang mumpuni.
Ketika kesadaran mencintai beladiri negeri sendiri muncul, Provinsi Banten juga berusaha untuk tetap membuktikan bahwa dari tanah ini tetap menjadi gudangnya para jago silat. Para pesilat Banten langsung ikut terlibat meramaikan kancah dunia persilatan nasional.
Banten yang baru resmi menjadi provinsi pada 18 November 2000 setelah memisahkan diri dari Jawa Barat, berusaha keras untuk menghimpun dan menggembleng jago-jago andalan mereka. Para pesilat Banten mulai dari tingkat pelajar, mahasiswa, hingga jalur umum; aktif ikut berlaga di berbagai kejuaraan.
Tergugah untuk turut memunculkan pesilat yang berkualitas, maka seorang pelatih Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI, Kang DEA (Ir H Setia DEA, MSi) dan Kang Alit -- keduanya strip Merah -- sepakat untuk mengembangkan Silat Perisai Diri di tanah Banten.
"Saya ingin ikut terlibat membina kalangan muda untuk mencintai beladiri silat. Sebab saya merasakan banyak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam seni beladiri tradisional itu. Saya sudah lama berlatih di lingkungan Perisai Diri," tutur Kang DEA.
Hal senada juga dilontarkan oleh Kang Alit. "Benar, kami berdua sepakat untuk mengembangkan Silat Perisai Diri di Banten. Kami berusaha mengorganisasi secara modern. Kami ingin seperti daerah lain yang memiliki tempat berlatih Perisai Diri yang dikelola profesional," tuturnya.
Masalah pertama yang muncul adalah mencari tempat berlatih. Waktu itu Kang DEA tinggal di Tanjung Barat, Jakarta Selatan; sementara Kang Alit berada di Pamulang. Setelah memperhitungkan jarak dan waktu tempuh, dua pelatih ini memilih Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah sebagai tempat latihan. Dengan berlatih di sana, maka dua pelatih itu akan menempuh jarak yang sama karena kampus itu berada diantara tempat tinggal mereka.
Dan tidak mudah untuk bisa masuk ke UIN Syarif Hidayatullah. Mereka segera mencari informasi bagaimana caranya agar Silat Perisai Diri bisa memperoleh izin berlatih di kampus itu.
"Kami menemui Pak Somari, staff Tata Usaha UIN Syarif Hidayatullah. Dari Beliau kami mendapatkan informasi tentang persyaratan yang harus kami penuhi agar Silat Perisai Diri bisa berlatih di kampus itu dan bisa menjadi unit resmi kegiatan mahasiswa," tutur Kang DEA.
Kang Alit dan Kang DEA juga berusaha menghimpun informasi para anggota Silat Perisai Diri yang kuliah di Kampus UIN Syarif Hidayatullah. Dan, berhasil. Mereka bertemu dengan Youra Adinda dan Ananda Raihan Afnan (tingkat Biru dan Hijau). Youra kemudian menjadi ketua umum pertama Silat Perisai Diri UIN Syarif Hidayatullah pada 5 Mei 2010.
Ternyata salah satu dosen kampus itu juga anggota Silat Perisai Diri, alumnus SMA Negeri 47 Jakarta. Beliau adalah Teh Murdiyah Hayati. Dengan bantuan sang kakak ini, maka unit latihan Silat Perisai Diri makin lancar meski baru sebatas mendapat izin menggunakan fasilitas kampus.
Baru pada 6 Oktober 2012 Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Banten resmi menjadi unit kegiatan mahasiswa di bawah naungan Federasi Olahraga Mahasiwa (FORSA). Haris Fauzi (tingkat Hijau) didaulat menjadi Ketua Umum kedua.
Para pesilat Perisai Diri mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah pun mulai unjuk gigi untuk membuktikan hasil latihan mereka. Banyak prestasi gemilang berhasil diraih. Tanpa terasa tiga tahun berkiprah di kampus tercinta ini, para pesilat Perisai Diri telah mampu ikut mengangkat nama kampus dan juga daerah Banten.
Pesilat Perisai Diri dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah mampu menunjukkan diri sebagai juara di arena, berpendidikan tinggi, berperilaku santun, bersikap ramah, dan bisa bergaul di semua kalangan dengan hati terbuka. Mereka tetap berusaha memegang teguh pesan para orangtua dan para tetua yang bijaksana.
Kini di bawah kendali ketua yang ketiga, Annisa Aristiani, Unit Kegiatan Mahasiswa Silat Perisai Diri mendapat kepercayaan dari Rektorat untuk menjadi Panitia Penyelenggara Kejuaraan Nasional Silat Perisai Diri antar-Perguruan Tinggi ke-24 tahun 2013.
Tantangan Besar
Sebenarnyalah keinginan untuk menjadi penyelenggara kejuaraan Silat Perisai Diri semula adalah berskala regional. Namun pihak Rektorat justru menantang para mahasiswa itu untuk menggelarnya dalam skala nasional.
Tantangan itu mengejutkan, tetapi juga menggembirakan. Menjadi penyelenggara skala regional dan nasional sebenarnya kesibukannya hampir sama. Yang berbeda hanya skalanya saja. Dengan memperhitungkan hal itu, maka tantangan dari Rektorat diterima dengan antusias.
"Kami justru bangga. Dengan menggelar Kejuaraan Nasional Silat maka pasti akan ikut membangun image masyarakat terhadap perguruan tinggi Islam. Eksklusifisme dan ketertutupan yang selama ini seolah menjadi cap bagi kami akan terbongkar. Kami ingin membuktikan bahwa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tidak berbeda dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia dalam memandang aspek-aspek keilmuan dan seni budaya kehidupan," kata Annisa Aristiani.
Penyelenggaraan kejuaraan silat di perguruan tinggi Islam juga menguntungkan banyak perguruan silat untuk mengubah pemikiran masyarakat awam. Bila pada masa lampau - bahkan hingga kini – masih banyak orang yang berpikir bahwa ilmu silat adalah ilmu yang berhubungan dengan klenik dan perdukunan. Paradigma berpikir semacam itu jelas tidak menguntungkan untuk pengembangan dan pelestarian silat sebagai seni budaya tradisional.
Di sisi lain, dengan mengembangkan beladiri silat di kampus, maka akan makin banyak generasi muda berpendidikan tinggi yang makin mengenal dan kemudian mencintai warisan budaya negeri sendiri. Kampus akhirnya memang bukan hanya untuk menimba ilmu agama dan ilmiah belaka, tetapi juga tempat mengasah ilmu seni budaya. Dengan demikian terwujudlah keinginan Silat Perisai Diri sebagai mitra pemerintah untuk membentuk manusia-manusia perkasa, cerdas, dan berbudi luhur.
Karena anggota Silat Perisai Diri berasal dari kalangan terdidik, maka silat akhirnya menjadi produk budaya yang dikelola secara modern oleh sumberdaya yang mumpuni dan profesional.
Dengan label kejuaraan nasional antar-perguruan tinggi saja sudah menunjukkan bahwa Silat Perisai Diri sudah berakar, tumbuh, dan berkembang di kalangan kampus. Silat mampu menjadi pemersatu bangsa dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Kini kami Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri Unit Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah siap menjadi penyelenggara Kejuaraan Nasional Silat Perisai Diri antar-Perguruan Tinggi ke-24. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan kelancaran. Amin. (***)
SEJARAH PERJALANAN
KELUARGA SILAT NASIONAL PERISAI DIRI
UNIT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Berawal dari beberapa mahasiswa dan mahasiswi UIN Jakarta yang pada mulanya telah mengikuti Kelatnas Indonesia Perisai Diri sejak masa Sekolah, berkumpul untuk mendiskusikan tempat latihan di Kampus UIN Jakarta. Mereka ialah:
Youra Adinda
Ade
Ananda Afnan
Haris Fauzi
PENCARIAN MUTIARA KEINDAHAN
(oleh: >hf)
Saya mengenal Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri semenjak sekolah di MAN Model Cipasung. Semasa sekolah, saya tidak bergabung dengan Kelatnas Indonesia Perisai Diri ranting MAN Cipasung karena Saya lebih aktif di Ekskul IREMA yang lebih berkiprah di bidang keagamaan di sekolah.
Semenjak duduk di MAN kelas tiga, Saya mulai ikut berlatih Kelatnas Indonesia Perisai Diri dan menjadi anggota di Kelatnas Indonesia Perisai Diri Pondok Pesantren Cipasung yang diperkenalkan oleh senior Pesantren, pengurus asrama dan sekaligus personil keamanan pusat pesantren. Kelatnas Indonesia Perisai Diri pesantren pada waktu itu di latih oleh Kang Ai p (alhm), A Arif dan A . Namun, dengan keterbatasan waktu yang Saya miliki menjadi kurang maksimal dalam latihan yang saya ikuti.
Setelah lulus sekolah dan memasuki perguruan tinggi, saya menjadi pakum dalam berlatih Kelatnas Indonesia Perisai Diri yang dikarenakan kesulitan dalam mencari tempat latihan. Saya sendiri kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang kebetulan tidak ada tempat latihan Kelatnas Indonesia Perisai Diri. Dari awal perkuliahan di kampus, saya mencari kegiatan mahasiswa yang pernah saya ikuti semasa sekolah dulu yaitu PD.
Menginjak semester 3 kuliah di UIN Jakarta, saya bergabung dan mengikuti latihan Kelatnas Indonesia Perisai Diri unit STAN di Bintaro-Tangerang Selatan. Selama latihan disana saya mengikuti UKT di Kelatnas Indonesia Perisai Diri Pengda DKI tempatnya di Kawasan gedung PLN Pusat Blok-M.
Di suatu waku saya akan latihan Kelatnas Indonesia Perisai Diri di STAN, saya ditanya oleh A Erik yang merupakan senior di Pesantren Sabilussalam tempat tinggal Saya saat itu. Kata A Erik “Ris ente ikut PD y?” kata Saya “Iya…, kok tau?” A Erik “Kan Saya liat bajunya… mau latihan dimana Ris?” Saya “Ooo… di STAN A!” A Erik “Oya… kan temen ane juga ikutan Kelatnas Indonesia Perisai Diri dan dia juga kuliah di UIN Jakarta namanya Ade dan dia latihan di rumahnya (Pondok Aren)!”. Setelah percakapan itu, saya diperkenalkan dengan Ade dan sesekali mengikuti latiah di tempatnya Pondok Aren.
Pada bulan Februari 2010 Saya mengajak kepada A Ade untuk mengadakan tempat latihan di UIN Jakarta dan ternyata inisiatif seperti itu sedang direncanakan dan cukup lama telah dirundingkan dengan beberapa Mahasiswa UIN Jakarta yang diketahui merupakan anggota PD. Mulai saat itu segala teknis pengajuan tempat latihan di UIN Jakarta disusun dan Alhamdulillah mendapat persetujuan dari DPO UKM FORSA untuk membuka latihan Kelatnas Indonesia Perisai Diri di UIN Jakarta.
Secara formal Kelatnas Indonesia Perisai Diri unit UIN Jakarta memang belum diresmikan namun dilihat dari pertama kali latihan, Kelatnas Indonesia Perisai Diri unit UIN Jakarta di Lahir sejak hari/tanggal rabu, 5-05-2010.
Semoga Kelatnas Indonesia Perisai Diri unit UIN Jakarta selalu menjadi kegiatan yang terus berkembang khususnya di Kampus UIN Jakarta tercinta.
>hf (Haris Fauzi)
MENJELANG TIGA TAHUN PERISAI DIRI UIN JAKARTA
0 Comments